Deretan Film dan Serial yang Diangkat dari Kisah Nyata
Deretan Film dan Serial yang Diangkat dari Kisah Nyata
Film dan serial yang diangkat dari kisah nyata selalu memiliki daya tarik tersendiri, karena selain menghibur, mereka juga memberikan pengetahuan dan inspirasi dari cerita yang pernah terjadi. Berikut adalah beberapa film dan serial yang didasarkan pada kisah nyata:
1. The Social Network (2010)
Film ini menceritakan kisah Mark Zuckerberg dan perjalanan pendirian slot gacor. Dengan latar belakang yang kompleks, film ini memperlihatkan konflik hukum yang dihadapi Zuckerberg setelah Facebook mulai sukses.
2. Chernobyl (2019)
Serial mini ini menggambarkan kejadian bencana nuklir di Chernobyl, Ukraina, pada tahun 1986. “Chernobyl” memperlihatkan dampak bencana tersebut terhadap lingkungan, kehidupan masyarakat, dan bagaimana pihak berwenang berusaha menangani krisis.
3. The Pursuit of Happyness (2006)
Diangkat dari kisah hidup Chris Gardner, film ini mengisahkan perjuangan seorang ayah tunggal untuk keluar dari kemiskinan dan mencapai kesuksesan. Will Smith memerankan Gardner dengan penuh emosi, memberikan pesan inspiratif tentang ketekunan dan semangat.
4. Schindler’s List (1993)
Film legendaris ini menceritakan Oskar Schindler, seorang pengusaha Jerman yang menyelamatkan lebih dari 1.000 orang Yahudi dari Holocaust selama Perang Dunia II. Film ini dianggap sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat.
5. Narcos (2015-2017)
Serial “Narcos” mengangkat kisah nyata dari gembong narkoba Kolombia, Pablo Escobar, dan upaya DEA untuk menjatuhkannya. Narcos dikenal karena alur ceritanya yang intens dan penggambaran yang realistis tentang kehidupan kartel.
6. Bohemian Rhapsody (2018)
Film ini mengisahkan perjalanan hidup Freddie Mercury dan band Queen, dari awal terbentuknya band hingga penampilan ikonik mereka di konser Live Aid. Film ini juga menyoroti perjuangan pribadi Freddie Mercury dengan identitas dan penyakitnya.
7. 12 Years a Slave (2013)
Film ini didasarkan pada memoar Solomon Northup, seorang pria Afrika-Amerika yang diculik dan dijual sebagai budak pada tahun 1841. Film ini menyoroti kebrutalan perbudakan di Amerika Serikat dan perjalanan panjang Northup untuk mendapatkan kebebasannya kembali.
8. Catch Me If You Can (2002)
Dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Tom Hanks, film ini diangkat dari kisah nyata Frank Abagnale, seorang penipu ulung yang berhasil memalsukan cek dan berpura-pura menjadi pilot, dokter, dan pengacara sebelum akhirnya ditangkap oleh FBI.
Kesimpulan
Film dan serial yang diangkat dari kisah nyata menawarkan pandangan mendalam tentang peristiwa sejarah, kehidupan orang-orang yang berpengaruh, serta kejadian-kejadian luar biasa. Dari kisah sukses hingga tragedi, semua memberikan wawasan dan inspirasi yang berharga bagi penonton. Setiap film ini menjadi pengingat tentang bagaimana kehidupan nyata bisa menjadi lebih dramatis dan menarik daripada fiksi.
REVIEW FILM – TRANSFORMERS ONE (2024)
REVIEW FILM – TRANSFORMERS ONE (2024)
afi2015 – Salah satunya kritikan paling besar yang ditujukan pada Transformers versus live action besutan Michael Bay ialah watak manusia, yang bukannya menambahkan berat emosi malah berasa menjengkelkan. Dangkal. Bumblebee (2018) dan Transformers: Rise of the Beasts (2023) coba membenahi itu, tetapi Transformers One tawarkan alternative jalan keluar. Josh Cooley sebagai sutradara sanggup mengulang perolehannya di Toy Story 4 (2019), dengan mendatangkan cerita kemanusiaan tanpa watak manusia.
Ini kali ceritanya memang mengalihkan latar dari Bumi ke Cybertron, jauh saat sebelum pecahnya pertarungan di antara Autobots dan Decepticon. Optimus Prime tetap memiliki nama Orion Pax (Chris Hemsworth), dan Megatron dikenali sebagai D-16 (Brian Tyree Henry). Sebagai robot yang tidak dapat berubah karena lahir tanpa T-cog (transformation cog) hingga memiliki status “kelas bawah” dan perlu bekerja di tambang, ke-2 nya merajut pertemanan.
Kita mengetahui D-16 akan jadi jahat karena “dirusak” oleh kemampuan besar yang nanti dia dapat. Dokumen besutan Eric Pearson, Andrew Barrer, dan Gabriel Ferrari masih tidak cukup mulus memvisualisasikan peralihan itu, tetapi minimal Transformers One sudah mengingati jika persaingan Optimus-Megatron bukan semata-mata pertarungan kebaikan menantang kejahatan seperti yang diperlihatkan versus live action, tetapi sesuatu bentrokan ideologi.
Segi humanis Transformers One tiba lewat penokohan ke-2 nya
Bersama Elita (Scarlett Johansson) dan B-127 alias Bumblebee alias BADASSATRON (Keegan-Michael Key), mereka berusaha hadapi suatu hal yang menjadi musuh umat manusia di dunia riil, yaitu figure zalim yang lakukan semua muslihat buat menjaga kuasa, termasuk tutupi kebenaran. Saat Optimus masih tetap datang dengan kepercayaan diri, Megatron terkuasai kemarahan brutal.
Transformers One menunjukkan sebuah dunia gelap, yang tidak pernah membuat tidak konsisten tone saat bersatu dengan adanya banyak komedi, karena keakuratan dokumennya saat tentukan timing hingga dua hal bersimpangan itu tidak bertubrukan. Di lain sisi, dia ikut simpan keelokan. Saat beberapa protagonisnya sembunyi-sembunyi lari dari Cybertron ke arah tempat namanya “permukaan”, mereka kaget melihat panorama di situ. Keterkejutan itu dapat dijustifikasi karena visualnya memang demikian cantik.
Keelokan yang tetap dijaga sampai saat filmnya diisi ajang tindakan. Josh Cooley seperti pelajari pengetahuan Bayhem (di luar kurang kuatnya presentasi sinetron, kepiawaian Bay menyelesaikan tindakan tidak dapat didugal), menggunakan banyak shot istimewa, “gerak camera” aktif saat beberapa robot sama-sama baku hajar, khususnya di set pucuk yang epik.
Kesetimbangan. Tersebut kunci keberhasilan Transformers One. Mendatangkan tindakan hebat tidak berarti lupakan penceritaan, begitupun kebalikannya. Di film ini, alih bentuk beberapa Transformers bukan hanya style-gayaan, tetapi gestur kebebasan. Kebebasan untuk berbeda dan pilih jadi apa pun itu.